Djoko Quartantyo

Nama :
Djoko Quartantyo

Lahir :
Solo, Jawa Tengah,
4 November 1952

Wafat :
Jakarta, 2 Januari 2001

Pendidikan :
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan Teater

Karya Tulis :
Cerpen Jati Diri,
Cerpen Absurd,
Drama Kanon (1990),
Permainan Akhir (1989),
Cerpen Miracle (1999)

Karya Teater :
Home Sweet Home (1978),
Mekanis (1979)

 

Seniman Teater
  Djoko Quartantyo

Pada dekade 1970-an, muncul seorang tokoh muda Djoko Quartantyo dengan eksperimen teater diam yang berjudul ‘Home Sweet Home’ di tahun 1978.  Ia dikenal luas dengan eksperimen teater diam dengan tinggal diatap sebuah bangunan selama 24 jam. Tahun 1979, ia kembali bereksperimen. Saat itu ia mementaskan ‘Mekanis’, berteater di atas genteng Gedung Institut Kesenian Jakarta/IKJ, dengan setting sebuah tenda parasut dan dua buah drum. Pementasannya menelan waktu 33 jam, dan sempat mendapat partisipasi dari seorang bule yang tak di kenalnya.

Bule itu menampilkan improvisasinya, menggebuk drum yang tersedia di atas genteng Gedung IKJ, selama 4 jam. Tapi cukup disayangkan, sejak peristiwa istimewa tersebut, hingga kini dunia teater kita belum memunculkan lagi tokoh yang sanggup menampilkan eksperimennya. Eksperimentasinya memberi fokus pada kegiatan berteater pada saat itu

Selain kuliah teater di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta, yang kini Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ia juga meluaskan wawasan dengan aktif di dalam berbagai kegiatan budaya. Ia memiliki pergaulan yang sangat luas dan ia merupakan seseorang yang sangat menyenangkan. Sebagai mahasiswa ia kritis dan liberal, namun tetap hormat pada guru.

Ia adalah seorang seniman yang spontan, lugu dan selalu bersemangat tinggi. Menurut tokoh teater Nano Riantiarno, “setiap kali bertemu, bicaranya menggebu-gebu, entah ia laksanakan atau tidak, tapi bisa memancing kami untuk juga bersemangat tinggi di dalam berkesenian”. Didi Petet, aktor teater yang sewaktu mahasiswa diplonco olehnya mengenang sepak terjang almarhum sangat mencengangkan dan mengesankan. Yang paling ia ingat adalah pementasannya di kampus yang berlangsung 24 jam dalam teater diam. “Di IKJ orang belajar teater konvensional, dan Djoko membuka mata anak-anak tentang kemungkinan berekspresi yang lain”, tutur Didi Petet.

Tutup usia pada 2 Januari 2001 pukul 21.30 di rumahnya, kawasan Pangkalan Jati, Kalimalang, Jakarta Timur. Ia meninggal sesudah menderita sakit kanker paru-paru selama enam bulan. “Yang paling mengesankan saya, di samping ketika sebagai editor bulletin DKJ ia melepas begitu saja pidato Gubernur Jakarta Tjokropranolo seutuhnya. Ia ingin khalayak menilai sendiri dan bisa menduga nasib Taman Ismail Marzuki di tangan gubernur seperti itu”, kenang Nano Riantiarno.

(Dari Berbagai Sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *