Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum

Profesor Ilmu Sastra Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum lahir di Pemalang 3 Agustus 1960. Ia menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro (1987). Studi S2 Bidang Ilmu Sastra ia tempuh di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (2001). Adapun pendidikan doktoral di Bidang Pendidikan Bahasa ia peroleh dari Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Semarang, 2008 silam.

Setelah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ia kemudian diberi amanat untuk menjadi Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) sejak 20 Mei 2011 silam. Ia pernah menjabat Ketua Umum Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) periode 2010-2011.

Penelitiannya sempat memperoleh perhatian publik sastra tanah air berkaitan dengan fakta dalam karya sastra. Menurutnya, karya sastra sekali pun fiksi tidak lahir dari kekosongan. Bagi Kesimpulan ini ia peroleh setelah meneliti, setidak-tidaknya, Sembilan buku kumpulan Cerpen Seno Gumira Ajidarma. Dengan mendekatan objektif dan mimesis yang berangkat dari teori besar Formalisme Rusia, Prof. Agus Nuryatin menemukan pola relasi fiksi dengan relitas pada karya-karya Seno Gumira Ajidarma.

Ia menyimpulkan terdapat dua pola umum hubungan antara cerpen-cerpen SGA dan fakta, yakni sebagian besar isi cerpen SGA memiliki rujukan yang jelas dengan fakta sedangkan
sebagaian kecil lagi isinya tidak secara jelas memiliki rujukan dengan fakta. Terdapat sembilan
macam teknik penceritaan di dalam cerpen-cerpen SGA, yakni (a) penggunaan sarana retorika, terutama hiperbola, (b) teknik tumpuan pads pola kaba dan lakon wayang kulit Jawa, (c) teknik catatan kaki, (d) teknik cakapan batin, khususnya solilokui, serta (e) teknik pencerita ganda (dan
teknik penceritaan langsung).

Hubungan hal-hal yang faktual dalam karya fiksi, menurut Agus, membuat sastra memiliki peran segnifikan dalam sistem kebudayaan maupun dalam perkembangan kepribadian personal. Pengaruh sastra bagi perkembangan kepribadian antara lain melalui dua skema, yaitu ngrasa dan nglakoni. Ngrasa membawa individu untuk memiliki kesadaran akan baik-buruk, memiliki control diri, dan menghargai orang lain. Adapun nglakoni merupakan bentuk dari kemampuan se­seorang untuk mengaplikasikan pikiran dan perasaan melalui tindakan nyata.

Prof. Agus Nuryatin mengajar pertama kali pada Januari 1989. Sejak saat itu ia banyak melakukan penelitian tentang satra dan pendidikan sastra, antara lain Pengembangan Model Pemelajaran Penulisan Cerita Pendek Berbasis Keterampilan Proses Siswa SMA Program Bahasa di Jawa Tengah (Tahap I) (2007), Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berwawasan Multikultural untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa SMP (2007), dan Cerita Pendek Indonesia dari Awal Tahun 1980-an hingga Akhir Tahun 1990-an (1997).

Berikutnya ia juga melakukan penelitian Semarang dalam Karya Sastra Sastrawan Semarang (2005), Struktur Estetik dan Ekstraestetik Novel Indonesia Periode 2000, Peristiwa Reformasi Mei 1998 dalam Karya sastra Indonesia (1999), Struktur Cerita Pendek Karya Seno Gumira Ajidarma, Cerita Pendek Indonesia dari Awal Tahun 1980-an Hingga Akhis 1990-an, Refleksi Pandangan Hidup Nh. Dini dalam Karya Sastranya (1993), Kecocokan Ukuran Tingkat Keterbacaan Menurut Model Raygor dengan Keterbacaan Menurut Model Prosedur Isian (Close Prosedure) Eksperimen di SLTP dan SLTA Semarang.

Di bidang pengajaran sastra, ia juga telah melakukan berbagai penelitian, antara lain Teks-teks Puisi untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas I,II,dan III SMP dan SMA Terbitan Surya Angkasa yang Beredar di Jawa Tengah (1994), Kecenderungan Guru Kelas V SD di Kota Memberikan Waktu Tunggu kepada Siswa untuk Menjawab Pertanyaan yang Diajukan (Studi Perilaku Ajar Guru Pendidikan Dasar di Kodia Semarang) (1993).

Selain itu, penelitian yang dilakukan Prof. Agus Nuryatin adalah Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Berbasis Keterampilan Proses Siswa SMA Program Bahasa di Jawa Tengah (Tahap II) (2008), Pengembangan Kurikulum Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia 2010 Berfokus Produk (2010), Pengembangan Kurikulum Gelar Ganda Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia (2011), dan Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Nilai-nilai Karakter di Pendidikan Dasar (2011).

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *