Zulkaidah Harahap

Seniman Teater
Zulkaidah Harahap

Lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tahun 1947. Mantan pemimpin grup Opera Batak Seni Ragam Indonesia atau Serindo. Satu-satunya grup Opera Batak terbesar kala itu yang pernah ada di Sumatera Utara. Grup ini bagaikan induk bagi kelompok Opera Batak yang belakangan bermunculan di Sumatera Utara. Mereka yang mendirikan grup Opera Batak umumnya merupakan jebolan dari Serindo. Kesuksesan Grup ini tak lepas dari peranan salah satu pendirinya, Tihang Gultom (alm). Tihang Gultom (alm)-lah yang membesarkan kelompok sandiwara ini dari mulai berpentas di beberapa kampung saja sampai berpentas keliling, hampir ke seluruh wilayah Sumatera Utara.

Opera Batak sendiri adalah pertunjukan sandiwara panggung yang sudah dikenal masyarakat Batak Toba secara turun-temurun. Ketika orang Belanda masuk ke Pulau Samosir pada awal abad ke-19, mereka menjuluki sandiwara tradisional itu dengan nama opera (gaya) Batak, atau kemudian dikenal sebagai Opera Batak. Kisah yang diangkat dalam Opera Batak umumnya tentang lakon legenda, mitos, cerita kepahlawanan, atau cerita keseharian masyarakat setempat.

Kecintaannya kepada Opera Batak bermula karena ia sering melihat pertunjukan Serindo ketika bermain keliling di seluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Jika tidak punya uang untuk membeli karcis, ia sampai nekat menerobos pagar yang mengelilingi panggung. Sejak itu ia bercita-cita ingin bergabung dengan Opera Batak dan bertekad mengikuti ke mana pun Serindo berpentas dengan melamar menjadi juru masak di Serindo, dimana pada malam harinya ia juga bertugas menjaga anak-anak para pemain Serindo yang sedang pentas.


Mencari Jonaha, 2012

Suatu hari, kemampuannya bermain Serunai dan menyanyikan lagu-lagu khas Tapanuli menarik perhatian Tihang Gultom (alm). Ia kemudian diminta ikut berpentas, bergabung dengan Serindo, sampai kemudian menjadi salah satu primadona Serindo. Namanya semakin terkenal setelah suara beningnya dalam menyanyikan lagu-lagu Opera Batak sempat di rekam. Rekaman kaset berisi lagu-lagu Opera Batak yang dinyanyikannya beredar pertama kali pada tahun 1968. Tercatat beberapa albumnya masih beredar di pasaran sampai saat ini.

Ia kemudian hijrah ke Jakarta. Ia menikah dengan Pontas Gultom alias Zulkarnaen yang dikaruniai lima orang anak, dan akhirnya memutuskan kembali ke Tapanuli Selatan setelah dibujuk saudaranya. Demi mempertahankan kehidupan keluarganya, Ia berusaha mencari nafkah dengan berjualan kacang dan tuak ke pesta-pesta adat di Simalungun dan Samosir, sambil tak lupa memainkan lagu-lagu yang pernah dibawakannya saat berpentas dulu.

Suatu hari tiupan serunainya sambil berjualan mengundang kekaguman Rizaldi Siagian, etnomusikolog dan musikus. Rizaldi lalu mengajak Zulkaidah berpentas ke Jepang pada tahun 1989, kemudian ke Amerika Serikat tahun 1991. Lawatannya selama dua minggu di masing-masing negara itu pada kenyataannya tidak mampu mengubah nasib perempuan yang hanya bersekolah di Sekolah Rakyat ini meskipun ia punya kemampuan luar biasa dalam bermusik. Kembali dari luar negeri, dia berjualan lagi, bermain sebagai pemusik keliling, dan menjadi buruh tani. Namun, bagi Zulkaidah, uang tidak menjadi kendala untuk menghidupkan kembali Opera Batak.

Awal Maret 2006 PLOt (Pusat Latihan Opera Batak) mengajak Zulkaidah boru Harahap untuk ikut terlibat dalam pementasan Sipurba Goring-Goring di Balige. Pada Pertengahan April 2012, bersama Alister Nainggolan dan sejumlah seniman PLOT lainnya yang dipimpin Thompson Hs di panggung Opera Batak tampil di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, membawakan lakon Mencari Jonaha.

Atas dedikasinya yang besar terhadap pelestarian Opera Batak, pada tahun 2007 ia menerima gelar maestro dari Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Selain itu ia juga mendapat gelar khusus gelar “Nai Angkola Soripada Tuan Boru Siparungutungut Namangunghal Opera Batak” dari Pusat Latihan Opera Batak. Kini, dalam usianya yang renta, Zulkaidah rela bolak-balik dari rumahnya di Tiga Dolok, Tapanuli Selatan, ke Pematang Siantar yang membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu jam, demi mengajar mahasiswa yang ingin belajar Opera Batak.

Pada Hari senin, 25 Maret 2013, pukul 22.30 wib, Maestro Opera Batak ini wafat. Jenazahnya dimakamkan pada hari Selasa, 26 Maret 2013 sekitar pukul 13.00 wib di Tiga Dolok, simalungun, Sumatera Utara. Meninggalkan seorang suami, Pontas Gultom, 5 orang anak dan 18 cucu. Anak ketiganya mengikuti jejakn sang ibu dalam opera batak.

(Dari Berbagai Sumber)

Nama :
Zulkaidah Harahap

Lahir :
Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 1947

Wafat :
Medan, Sumatera Utara,
25 Maret 2013

Pendidikan :
Sekolah Rakyat

Aktifitas Lain :
Pengajar Opera Batak bagi mahasiswa dan anak-anak pada Pusat Latihan Opera Batak Pematang Siantar, Sumatera Utara

Penghargaan :
Gelar maestro dariĀ  Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2007 & 2009),
Gelar khusus Nai Angkola Soripada Tuan Boru Siparungutungut Namangunghal Opera Batak dari Pusat Latihan Opera Batak.
Bentara Budaya Award (2012)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *