Iman Soleh
Seniman Teater
Iman Soleh
Seniman asal Bandung, Jawa Barat, yang dikenal sebagai pimpinan, penggagas komunitas seni CCL/Center of Cultural Ledeng, sering mengadakan pementasan teater bersama CCL. Lahir di Bandung, Jawa Barat, 5 Maret 1965. Mulai berteater sejak 1984. Telah aktif sebagai aktor teater dan telah lebih dari 40 pertunjukan dan 30 pertunjukan lainnya. Riwayat kesenimanannya sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya sebagai orang kampung yang kaya akan kesenian tradisi. Situasinya berubah manakala di sekitar rumah tinggalnya dikawasan Ledeng, Bandung, Jawa Barat, dibangun terminal yang membawa serta perubahan sosial masyarakatnya. Dan kampung persawahan ayahnya di Cigowendah-pun disulap menjadi kawasan industri.
Tahun 1998-2006, telah berkeliling ke berbagai kelompok teater di Jepang, Philiphina, Perancis, Pakistan, Brazil, Palestina, Belanda, Yunani, Italia, Reunion Island dan negara-negara Eropa lainnya. Pengalaman proses dan perjalanan tersebut menginspirasi dan mendorongnya untuk membangun kantong budaya di kampung halamannya. Memulihkan dan membangun kembali spirit serta antusiasme berkesenian sebagaimana yang pernah dialaminya waktu kecil. Menjadikan kampunh halamanya, Ledeng, sebagai kampung seni.
Ia adalah motor penggerak untuk seluruh kegiatan teater CCL. Sebagai seorang seniman, ia merasa beruntung karena para tetangganya banyak yang sudah lama berkesenian. Namun, di era rezim Orde Baru talenta berkesenian para tetangganya itu tidak terekspresikan secara optimal karena berbagai kendala, seperti masalah tempat, dana, dan perizinan. Baru pada tahun 1998, berbarengan dengan tumbangnya rezim Orde Baru, komunitas masyarakat Ledeng mulai bergairah kembali dalam berkesenian. Terbentuknya CCL juga didasarkan pada keinginan agar masyarakat Ledeng memiliki tempat untuk berkesenian tanpa harus menyewa gedung. IA lebih cenderung menyebut CCL sebagai wadah atau kantong kebudayaan bagi masyarakat sekitar untuk berkesenian dan berekspresi secara bebas.
Tanah Ode Kampung Kami, Art Summit VII (2013)
Tahun 2007, bersama komunitas CCL ia diundang mementaskan ‘Air’ di Lahore, Pakistan, dan berkolaborasi serta pentas keliling bersama Sidetrack Theatre dalam produksi ‘The Tangled Garden’ di Taman Ismail Marzuki-Jakarta, Austrlia (Darwin dan Sydney). Telah banyak menciptakan karya yang berkaitan dengan lingkungan seperti : ‘Passage’, ‘Water Carrier’, ‘Air Burung’, ‘Nenek Moyang’, ’Bedol Desa (1-4)’, ‘Ozone’ dan Tanah yang dipentaskan di Sanggar Baru, Taman Ismail Marzuki, 29 April 2011 dan pada 19 Oktober 2013 di acara Art Summit VII, bersama CCL ia mementaskan ‘Tanah Ode Kampung Kami’ di Graha Bhakti Budaya – Taman Ismail Marzuki.
Karya dari suami Candra Wardani ini yang bertema ‘Ozon’ Mendapat apresiasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB, ia merasa kaget mendapat ucapan terima kasih dari PBB karena sebelumnya dia tidak pernah menghubungi PBB. Tidak hanya mahasiswa yang ikut terlibat dalam setiap kali pementasan teater di CCL, tetapi juga hampir seluruh masyarakat di sekitar Ledeng ikut memberikan kontribusi terhadap setiap kegiatan kebudayaan khususnya pementasan teater.
Karyanya yang lain berjudul ‘Membaca Indonesia Menggugat’ dipentaskan Gedung Kesenian Dewi Asri, Sekolah Tinggi Seni Indonesia/STSI Bandung, bercerita tentang pembelaan Soekarno di depan pengadilan Pemerintah Kolonial Belanda. Tetapi tidak dibaca mentah-mentah sesuai dengan aslinya. Teks-teks itu justru dikritisi sesuai kondisi realitas masyarakat saat ini. Setiap pemain memerankan tokoh dari beragam suku, mulai dari Sulawesi, Papua, Sunda, Jawa, hingga Batak.
Sebagai Seorang seniman, ia sangat prihatin melihat program tayangan televisi swasta di Indonesia jauh dari sistem nilai-nilai etika serta estetika, sehingga bila dibiarkan terus begini akan merusak tatanan sosial dan kebudayaan bangsa. Ia mengatakan, sebenarnya Komisi Penyiaran Indonesia/KPI memiliki peran mengatur jam tayang televisi dan melakukan sensor terhadap tayangan-tayangan yang tidak layak dikonsumsi publik. Direktur Artistik Celah-Celah Langit/CCL, sebuah komunitas sastrawan dan masyarakat pencinta sastra di Bandung ini, melihat KPI belum menjalankan peranannya dalam melakukan pengawasan terhadap penayangan siaran televisi dan mereka sepertinya tidak punya taji karena harus mendobrak bisnis kapitalis.
Diluar dunia teater, ayah dari Albiruni dan Mahesa ini juga dikenal sebagai pembaca puisi dan aktif dalam dunia kesusastraan.
(Dari Berbagai Sumber)
Nama :
Iman Soleh
Lahir :
Bandung, Jawa Barat,
5 Maret 1965
Pendidikan :
Sekolah Tinggi Seni Indonesia/STSI Bandung Jurusan Teater (lulus 1992)
Karier :
Pengajar penyutradaraan dan pemeranan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia /STSI Bandung
Aktifitas Lain :
Pimpinan Center of Cultural Ledeng/CCL,
Direktur Artistik Celah-Celah Langit/CCL
Karya :
The Tangled Garden,
Air,
Passage,
Water Carier,
Air Burung,
Nenek Moyang,
Bedol Desa (1-4),
Ozone,
Membaca Indonesia Menggugat,
Tanah,
Tanah Ode Kampung Kami